Home » » ARTIKEL NAHDLATUL ULAMA

ARTIKEL NAHDLATUL ULAMA

Written By RA-DTA-MTs-MA. Ma'arif on Rabu, 23 Maret 2011 | 03.58

Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj: ‘Nabi Muhammad saw enyahkan kejahiliyahan’ PDF Print E-mail
Contributed by Yanto
Monday, 19 April 2010

Milad ke-14 Yayasan Wakaf Daar Asykaril ‘Ibaad (YAWADAI) tepat pada Sabtu, 17 April 2010 kali ini diperingati secara luar biasa. Ada sambutan dari Ketua Umum YAWADAI Ibu Dra Hj Buly Oskar Surjaatmadja, ada tausiyah Pendidikan Islam, ada seminar Psikologi Pendidikan, ada Shalat Dzuhur dan Dzikir Bersama, ada pengetesan Bakat melalui fingerprint test, ada Pemotongan Nasi Tumpeng dan makan siang bersama, termasuk pergelaran Karya Tari dan Lagu dari siswa-siswi Sekolah Islam Al Syukro.
Semua acara ini berlangsung secara khidmat dan insya Allah, bermanfaat. Tidak saja bagi YAWADAI, tapi juga seluruh Sumber Daya Manusia yang bekerja dan mencurahkan tenaga serta pikirannya demi kemajuan Sekolah Islam Al Syukro tercinta. Pemberi materi pada tausiyah Pendidikan Islam, tidak tanggung-tanggung, menghadirkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Agil Siradj.
Dalam tausiyah-nya sekaligus menjadi keynote speaker acara seminar Psikologi Pendidikan, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj mengetengahkan tema tentang perjalanan sejarah kegemilangan Islam yang menghadirkan sosok Rasulullah saw, seorang Rasul utusan Allah SWT, untuk memberi pencerahan dan memperbaiki secara total segala bentuk kejahiliyahan masyarakat dan bangsa Arab pada masa itu.
“Sebelum Islam datang melalui risalah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, kedzaliman itu luar biasa sekali di muka bumi ini. Bangsa Romawi, Persia dan Arab, paling terkenal dalam melakukan kejahiliyahannya. Bahkan, bangsa Arab itu, sebelum hadirnya Islam, sangat sempurna kejahiliyahannya. Mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan yang dianggap akan menyusahkan hidup orang tuanya. Mengawini ibu-ibu mereka sendiri yang cantik. Buta huruf dan tak mengenal agama. Sehingga tak aneh kalau mereka, bangsa Arab di masa jahiliyah itu memiliki sebanyak 360 Tuhan, dalam bentuk aneka berhala sesembahan,” tutur kiyai yang menyelesaikan pendidikan S-2 dan S-3-nya di Universitas Umm Al-Qura, Mekkah, Arab Saudi ini.
Dalam kondisi kejahiliyahan bangsa Arab yang sangat sempurna seperti itulah, kata KH Said Agil Siradj, Nabi Muhammad saw terlahir dan menghadapi segala macam bentuk kemaksiatan dan kejahatan yang sangat melegenda itu. “Alhamdulillah, meski memiliki ayah dan ibu, tapi sebenarnya, Nabi Muhammad saw itu memiliki kepribadian yang dibentuk secara langsung oleh Allah SWT, Tuhan yang sesungguhnya dan yang seharusnya wajib disembah oleh masyarakat jahiliyah seperti itu. Bayangkan, betapa hebatnya perjuangan Nabi Muhammad saw dalam menentang dan meluruskan adat budaya, perilaku jahiliyah dalam lingkungan masyarakatnya sendiri,” jelas kiyai yang pernah mengenyam pendidikan non-formal di Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon, Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri (1965-1970), dan di Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (1972-1975) ini.
Menurut KH Said Agil Siradj, pada 14 abad yang lalu, bangsa Arab jahiliyah memiliki tiga hal yang saat itu paling mereka butuhkan dalam kehidupan sesatnya. Yaitu, syair-syair, perdukunan dan sihir. Sekaligus pula, Nabi Muhammad saw, tidak pernah menjadi tiga tipe orang yang paling mengemuka di kala bangsa Arab tengah bergelimangan dalam kesesatannya, yaitu para penyanyi, paranormal, dan dukun santet. “Syukur Alhamdulillah, Nabi Muhammad saw selalu terjaga. Dan tidak pernah bersentuhan apalagi terlena dalam ketiga hal yang paling dibutuhkan oleh bangsa Arab yang jahiliyah tersebut. Bukankah, Nabi Muhammad saw itu pun ummi atau buta huruf?” tandas mantan Ketua TGPF kasus Pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998) ini.
Di tengah kejahiliyahan bangsa Arab yang sudah sangat sempurna itulah, Nabi Muhammad saw hadir, untuk kemudian dengan lantang berkata bahwa hanya orang yang berilmu yang bisa berperilaku benar. Dan kebenaran tanpa ilmu adalah kebenaran yang relatif, semu, dan kebetulan. “Artinya, kalau mau berlaku benar, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, maka harus dengan ilmu. Karena, kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang selamanya,” ujar KH Said Agil Siradj.
Kini, lanjut KH Said Agi Siradj, sepeninggal Rasulullah saw, ilmu diturunkan melalui kaum alim ulama. “Tanpa mengambil pendapat, karya, ide dari ilmunya alim ulama, maka kita ini mustahil dapat memahami Islam dengan benar. Semua ilmu ulama itu kita teladani melalui ijma dan qiyas. Kalau hanya berlandaskan Al Qur’an dan Hadits Nabi saw saja, maka kita semua akan sulit untuk mempraktikkan ibadah-ibadah dalam Islam ini. Contoh, tata cara melakukan shalat, tidak ada didalam Al Qur’an. Begitu pula dengan nama-nama shalat, yang tidak disebutkan didalam Al Qur’an,” terang kiyai yang mendapat applause meriah saat dengan lancar menyebutkan satu demi satu secara cepat silsilah keturunan Keluarga Besar Nabi Muhammad saw.
“Silsilah keluarga dari Nabi Muhammad saw itu sangat jelas adanya dan patut kita ketahui dan pelajari. Sebaliknya, kalau kita ditanya mengenai silsilah Keluarga Patih Gajah Mada hingga urutan ketujuh saja, mungkin kita tidak akan tahu, apalagi mengingatnya,” ujar KH Said Agil Siradj berseloroh ditimpali gelak tawa peserta seminar Psikologi Pendidikan yang memadati ruangan hall Gedung SD dan SMP Islam Al Syukro, di Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten ini. (HR Fadli)

Share this article :

0 komentar:

Yayasan Al-Ma'arif Plered

Yayasan Al-Ma'arif Plered


 
Support : Solihin Official Site
Copyright © 2013. Tepas Ma'arif 1 Plered - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger